Makalah Pendidikan Agama Islam – Hubungan Filsafat dengan Islam
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan membaca dan memahami isi dari makalah ini penulis mengharapkan agar mengetahui apa itu filsafat pendidikan islam maupun tujuan dari pendidikan islam karena kita di zaman globalisasi ini masih banyak pemimpin-pemimpin (pemimpin rumah tangga) yang belum banyak berminat untuk mengembangkan pendidikan islam lewat pendidikan formal.
Dengan membaca dan memahami isi dari makalah ini penulis mengharapkan agar mengetahui apa itu filsafat pendidikan islam maupun tujuan dari pendidikan islam karena kita di zaman globalisasi ini masih banyak pemimpin-pemimpin (pemimpin rumah tangga) yang belum banyak berminat untuk mengembangkan pendidikan islam lewat pendidikan formal.
1.2. Tujuan Pembahasan
Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah bahan diskusi bertujuan untuk menambah wawasan.
Pengertian dan ruang lingkup filsafat pendidikan islam adalah bahan diskusi bertujuan untuk menambah wawasan.
Pengertian dan ruang lingkup
filsafat pendidikan islam adalah bahan diskusi bertujuan untuk
menambah wawasan bagi mahasiswa agar sebagai calon tenaga pendidikan
khusus pendidikan agama islam menjadi pendidikan yang sesuai dengan
apa yang kita harapkan yaitu pendidikan yang profesional selesai
dengan bidangnya.
- Batasan Masalah
Setelah membaca dan memahami isi dari makalah ini diharapkan mengetahui pengertian filsafat dan pengertian pendidikan islam.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
- Pengertian Filsafat Pendidikan IslamA. Pengertian,Filsafat
Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang. hakikat kebenaran sesuatu. Hakikat filsafat selalu menggunakan ratio (pikiran), tetapi tidak semua proses berpikir disebut filsafat. Pemikiran manusia dapat dipelajari dalam 4 (empat) golongan. Yaitu:
- Pemikiran pseudo ilmiah
- Pemikiran awam
- Pemikiran ilmiah
- Pemikiran filosofis
Pemikiran speudo ilmiah bertumpu pada aspek
kepercayaan dan kebudayaan mitos, yang bekas-bekasnya dapat kita
jumpai dalam arologi atau kepercayaan terhadap buku primbon.
Pemikiran awam adalah pemikiran orang-orang dewasa yang menggunakan
akal sehat, karena bagi Orang-orang awam untuk memecahkan kesulitan
dalam kehidupan, cukup menggunakan akal sehat tanpa melakukan
penelitian. terlebih dahulu Selanjutnya, pemikiran ilmiah menggunakan
metode atau pikir dalam paradigma ilmu pengetahuan tertentu,
dilengkapi dengan pengguna hipotesis untuk menguji kebenaran konsep
atau pemikiran dalam dunia empiris yang tidak pernah selesai dalam
proses keilmuan Sedangkan pemikiran filosofis adalah kegiatan
berpikir reflektif meliputi kegiatan analisis, pemahaman deskripsi
Penilaian, penafsiran dan perekaan yang bertujuan untuk
memperoleh kejelasan kecerahan, keterangan, pembenaran pengertian,
penyatupaduan tentang objek.
Filsafat merupakan ilmu yang tertua dan
menjadi induk ilmu pengetahuan yang lain. Sebagaimana diungkapkan
oleh John S. Brubacher sebagai berikut:
Philosophy was, as its eymologv from the Greek
words Pilos and Sopia, suggest love of wisdom or learning. More over,
it was lo’e of learning in general, it subsumed under one, heading
what to day we call scince ‘as well as what we now call philospohy
It is for the reason that philosophy is often referred to us the
mother as well as. the qreen of the, scince.
Artinya:
Filsafat berasal dan perkataan Yunani yaitu ‘Philos dari Sopia yang berarti rinto kebijaksanaan atau belajar. Lebih dan itu dapat diartikan cinta belajar pada umumnnya termasuk dalam suatu ilmu yang kita sebut sekarang dengan. filsafat. Untuk alasan inilah maka sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu pengetahuan.
Filsafat berasal dan perkataan Yunani yaitu ‘Philos dari Sopia yang berarti rinto kebijaksanaan atau belajar. Lebih dan itu dapat diartikan cinta belajar pada umumnnya termasuk dalam suatu ilmu yang kita sebut sekarang dengan. filsafat. Untuk alasan inilah maka sering dikatakan bahwa filsafat adalah induk atau ratu ilmu pengetahuan.
Dan bila diperhatikan maka anti sebenarnya dan
filsafat tersebut mengandung cita-cita yang mulia, yaitu orang yang
belajar filsafat berusaha untuk memiliki mutiara-mutiara
kebijaksanaan tersebut sebagai pedoman dan pegangan hidup, sehingga
filsafat mengandung sesuatu yang ideal bagi manusia. Dan filsafat
dianggap sebagai induk ilmu pengetahuan karena pada mulanya sebagian
‘besar ilmu yang berkembang dewasa ini berasal dan filsafat.
Cabang-cabang ini. tadi memisahkan diri dan filsafat, karena memiliki
objek yang berbeda dan filsafat. Filsafat menjawab semua persoalan
tentang hidup dan kehidupan yang kesimpulannya bersifat hakiki. Ada
filsafat manusia, filsafat ketuhanan, filsafat ekonomi, filsafat
sosial, filsafat pengetahuan, filsafat pendidikan, dan lain-lain,
sehingga nampak filsafat berperan ‘sebagai induk atau rain dan ilmu
pengetahuan.
Kemudian pengertian filsafat menurut Dr.
Sondang P. Siagian, M.PA. adalah cinta kepada kebijaksanaan.
Untuk menjadi bijaksana seseorang harus berusaha mendalami hakikat
sesuatu. Dengan kata lain bahwa berfilsafat berarti berusaha untuk
‘mengetahui tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, ‘baik’
mengenai hakikat adanya sesuatu. fungsinya, ciri-cirinya,
kegunaannya, masalah-masalahnya, dan pemecahannya terhadap
masalah-masalah tersebut.
Dan selanjutnya menurut Prof. Dr. Imam
Barnadib, MA. bahwa filsafat berasal dari bahasa Yunani yang
merupakan rangkaian dua pengertian: philos berarti cinta,
dan sophia berarti kebajikan. Yang dimaksud dengan kebajikan di sini
ialah kebajikan manusia. Dan dengan dasar pengetahuan yang filosofis
itu diharapkan orang dapat memberikan pendapat dan keputusan yang
serba bijaksana. Ungkapan yang paling sederhana terhadap kata
filsafat seperti yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Hasan
Langgulung adalah cinta hikmah (kebijaksanaan). Dan orang
yang cinta hikmah kebijaksanaan selalu mencari dan meluangkan waktu
untuk mencapainya, mempunyai sikap positif terhadapnya dan terhadap
hakikat sesuatu, berusaha menghubungkan sebab-sebab dengan akibatnya,
dan juga berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman kemanusiaan.
Jadi, bijaksana bukan saja orang yang paling banyak dan tinggi
pengetahuannya, tetapi juga memiliki kemantapan pandangan dan
tinjauan yang jauh kedepan di mana pengetahuan itu sendiri tidak
sanggup mencapainya.
Jadi, dari uraian tentang pengertian filsafat yang
ditinjau dari segi arti bahasanya dapat disimpulkan bahwa filsafat
adalah:
- Pengetahuan tentang kebijaksanaan
- Mencari kebenaran.
- Pengetahuan tentang dasar-dasar atau prinsip-prinsip
Ketiga pengertian tersebut tidaklah hanya diperlukan
oleh seorang flosof umum saja, tetapi juga diperlukan oleh setiap
individu yang baik yang memiliki pemikiran terutama pendidik dan guru
yang harus bersikap bijaksana. Sosok pendidik atau guru yang sanggup
menilai situasi dan kondisi dalam segala segi; memiliki kesanggupan
bertindak dengan baik, mengambil kesimpulan terhadap sesuatu secara
tepat, berusaha menghubungkan sebab akibat, mengkritik dan
menganalisis serta mengembalikan pendapat pada motif-motif yang
menyebabkannya, Kemudian mempertahankan pendapat tadi dengan
argumentasi dan penalaran yang tepat.
Dan jika filsafat ditinjau dari segi istilah
menurut para ahli dapat dikemukakan antara lain :
- Apa yang disebut bijaksana menurut Plato (427 542 SM). Seorang filosot Yunani yang terkenal (murid Socrates dan guru Aristoteles) dalam teori etika kenegaraannya meliputi empat budi, yaitu: penguasaan diri (perwira), keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan. Budi kebijaksanaan dimiliki oleh pemerintah atau filosof. Tugas mereka ialah membuat undang-undang, mengawasi pelaksanaannya, memperdalam filosofi dan ilmu pengetahuan tentang ide kebaikan. Membuat undang-undang dan mengawasi pelaksanaannya adalah menjadi tugas pemerintahan atau filosof, sekaligus menunjukkan kelebihan mereka sebagai pihak yang mampu menatap dan menapak jauh ke depan dan berbuat serta bertindak dengan penuh perhitungan. Artinya bahwa itu berada dalam dua bidang, yaitu kebijaksanaan berbuat dan berpikir. Kebijaksanaan berbuat adalah tasawwuf dan kebijaksanaan berpikir adalah filsafat. Berpikir dan berbuat dianggap sempurna kebenarannya jika telah terpenuhi adanya keseimbangan antara dasar atau alasan kenyataan dan tujuan, atau mengandung tiga dimensi waktu dengan memperhitungkan masa lalu dimasa sekarang dan masa yang akan datang. Tanpa memperhatikan dan memperhitungkan dimensi-dimensi waktu maka pikiran dan perbuatan tersebut berjumlah dianggap sebagai sesuatu yang bijaksana dan benar. Salah satu contoh dalam kebijaksanaan perbuatan misalnya yang selalu berhubungan dengan ketiga aspek tadi meliputi sifat-sifat misalnya; jujur contoh keadilan, puas contoh keperwiraan, waspada contoh perpaduan keperwiraan dan kebijaksanaan, sabar contoh keberanian dan keperwiraan. Sifat-sifat utama tersebut menurut Prof. Hamka adalah berhubungan dengan kesucian jiwa sebagaimana yang diuraikan beliau dalam bahasannya tentang kesucian macam-macam kesehatan jiwa meliputi: Sjaja’ah (berani), iffah (perwira), hikmah (bijaksana) dan ‘adalah (keadilan). Apa yang diungkapkan Hamka dalam materi yang terdapat dalam tasawwuf. Dan di sini nampak pula adanya keselarasan antara pendapat Hamka dan Plato dalam bahasan tentang kebijaksanaan atau filsafat.
- Al Kindi (Abu Jusuf Ya’kub bin Isa Al Kiñdi, 796-874 M), sebagai ahli pertama dan filsafat Islam dan yang mengawali pengertian skolasik Islam di irak, memberikan pengertian filsafat di kalangan umat Islam dalam tiga lapangan : (1) Ilmu Fisika meliputi tingkatan alam nyata, terdiri dan benda-benda kongkret yang dapat di tangkap pancaindera. (2) Ilmu Matematika, yang berhubungan dengan benda, tetapi mempunyai wujud tersendiri yang dapat dipastikan. Dengan angka-angka (misalnya ilmu hitung teknologi, astronomi, musik). (3) Ilmu Ketuhanan (ilmu rububiyyah) yaitu tidak berhubungan dengan benda sama sekali, yaitu soal ketuhanan.
- Ibnu Sina (Abu Al Hussein Ibnu Sina, 980-1037M) seorang dokter, ahli kimia dan filosof Islam, membagi filsafat dalam dua bagian: teori dan praktek. Keduanya dihubungkan dengan agama. Dasarnya terdapat pada syariat, penjelasan dan kelengkapannya berdasarkan pada akal manusia Tujuan filsafat praktek ialah mengetahui apa yang seharusnya dilakukan oleh di setiap orang sehingga ia mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang. disebut ilmu akhlak. Filsafat juga mencakup undang-undang yaitu apa yang seharusnya dilakukan oleh setiap orang dalam hubungannya dengan rumah tangga dan negara.
- Immanuel Kant (1724 — 1804 M) yang sering dijuluki pakar raksasa di Barat, mengatakan bahwa: Filsafat itu ilmu pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya 4 persoalan yaitu:
- Apakah yang dapat kita ketahui (dijawab oleh metafisika).
- Apa yang seharusnya kita ketahui dan kerjakan? (di jawab oleh etika).
- Sampai manakah pengharapan kita? (dijawab oleh agama).
- Apakah yang dinamakan manusia (dijawab oleh antropologi).
Dari beberapa ungkapan para filosof tersebut dapat
dirumuskan bahwa filsafat ialah daya upaya manusia dengan akal
budinya untuk memahami mendalami dan menyelami secara radikal dan
integral sistematik mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia
sehingga dapat menghasilkan pengertian tentang bagaimana hakikatnya
yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap seharusnya
setelah mencapai pengetahuan itu.
Kemudian untuk memperoleh pengetahuan filsafat dari
segi praktisnya dapat diketahui sebagaimana yang pernah dilakukan
oleh para filosof pada masa lalu. Mula-mula para filosof
memperhatikan alam semesta yang luas ini, kemudian memperhatikan
manusia dengan segala problematik dan kehidupannya. Pemikirannya
tidak hanya sebatas itu dan berhenti, tetapi terus menuju pada
pemikiran yang ada di balik alam (menjadi problem realita yang
disebut metafisika) dan kemudian masalah-masalah ketuhanan.
Pemikiran tentang alam semesta, manusia dan apa yang
ada. Dibalik alam, semesta, masalah ketuhanan dilakukan dengan
memenuhi syarat-syarat berpikir dengan insaf, yaitu berpikir dengan
teratur menurut aturan-aturan yang telah dengan pasti ditentukan.
Atau dengan kata lain ; cara kerja filosof berpikir secara
sistematis, universal (menyeluruh) dan radikal, yang mengupas dan
menganalisis sesuatu secara mendalam, sampai pada akar-akar
persoalannya sehingga hasil pemikiran mereka dapat diterapkan dan
dibuktikan, kebenarannya pada seluruh persoalan yang dicakupnya,
karena sangat relevan dengan problematik hidup dan kehidupan manusia.
Dan berpikir secara sistematis bagi para filosof adalah berpikir
logis dengan penuh kesadaran, dengan berurutan, saling berhubungan
yang teratur dan bertanggung jawab. Dan berpikir secara universal
adalah tidak berpikir khusus sebagaimana kerja setiap ilmu, tetapi
mencakup keseluruhannya. Sedangkan yang dimaksud berpikir secara
radikal berarti bahwa pemikiran berusaha menyingkap tabir rahasia
yang menjadi penyebab utama dan masalah yang akan diselesaikan.
Radikal berasal dan kata radix yang berarti akar, yang biasanya
terletak di bagian terbawah pada pohon yang terpendam di dalam tanah.
Akar merupakan penyebab utama kemungkinan munculnya pertumbuhan
tanaman. Jika akar sudah tidak berfungsi lagi dapat mematikan batang
dan daun. Dan apa yang dapat kita pahami pada peristiwa ini ialah
rangkaian sebab akibat. Apabila orang menelusuri kenyataan tersebut
dengan mengungkapkan dasar-dasarnya maka itulah yang disebut radikal.
Dengan jalan penelusuran atau penjajakan yang radikal itulah filsafat
berusaha untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universal.
Pengertian Pendidikan Islam
- Menurut Drs. Abmad D. Marimba:
Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain seringkali beliau mengatakan kepribadian utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yakni kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam - Menurut Drs. Burlian Shomad;
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang bercorak diri berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan sisi pendidikannya untuk mewujudkan tujuan’ itu adalah ajaran Allah. Secara rinci beliau mengemukakan pendidikan itu baru dapat disebut pendidikan Islam apabila memiliki dua ciri khas yaitu :
1) Tujuan untuk membentuk individu yang bercorok diri, tertinggi menurut ukuran Al-Quran,
2) Isi pendidikannya adalah ajaran Allah yang tercantum dengan Lengkap di .dalam Al-Quran dan pelaksanaannya di dalam praktek kehidupan sehari-hari sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. - Menurut Musthfa Al-Ghulayaini.
Pendidikan Islam ialah menanamkan akhlak yang mulia di dalam jiwa anak pada masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) Jiwanya kemudian buahnya berwujud keutamaan, kebaikan dan cinta bekerja untuk kemanfaatan tanah air. - Menurut Syah Muhammad A. Naquib Al-Atas
Pendidikan Islam ialah usaha yang dilakukan pendidik terhadap anak didik untuk pengenalan dan pengakuan tempat-tempat. yang benar dan segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sehingga membimbing ke arah pengenaan dan pengakuan akan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. - Menurut Prof. Dr. Hasan Lananggulun.
Pendidikan Islam ialah pendidikan yang memiliki 4 macam fungsi yaitu:
1) Menyiapkan generasi muda untuk :memegang peranan-peranan tertentu dalam masyarakat pada masa yang akan datang. Peranan ini berkaitan erat dengan kelanjutan hidup (survival) masyarakat sendiri.
2) Memindahkan ilmu pengetahuan yang bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dan generasi tua kepada generasi muda.
3) Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup (survival) suatu masyarakat dan peradaban. Dengan kata lain tanpa nilai-nilai keutuhan (integrity) dan kesatuan (integratio,2) suatu masyarakat maka kelanjutan hidup tersebut tidak akan dapat terpelihara dengan baik yang akhirnya akan menyebabkan kehancuran masyarakat itu sendiri. - Hasil Seminar pendidikan Islam se Indonesia tanggal 7 sampai dengan 11 Met 1960 di Cipayung Bogor menyatakan
“Pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua ajaran Islam.”
Dan uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa para ahli pendidik islam berbeda pendapat mengenai rumusan
pendidikan Islam. Ada yang menitik beratkan pada segi pembentukan
akhlak anak, adapula yang menuntut pendidikan teori dan praktek,
sebagian lagi menghendaki terwujudnya kepribadian muslim dan
lain-lain. Perbedaan tersebut diakibatkan hal yang pentingnya dan
masing-masing ahli tersebut.
Namun, dari perbedaan pendapat tersebut terdapat
titik persamaan yang secara ringkas dapat dikemukakan sebagai
berikut:
Pendidikan Islam ialah bimbingan yang dilakukan
oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia
memiliki kepribadian Islam.
Jika direnungkan. syariat islam tidak akan dihayati
dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus
didirikan melalui proses pendidikan. Nabi telah mengajak orang untuk
beriman dan beramal serta berakhlak baik sesuai ajaran Islam dengan
berbagai metode dan pendekatan. Dan satu segi kita pelihat bahwa
pendidikan Islam lebih: banyak ditujukan pada perbaikan sikap mental
Yang akan .terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan din
sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya pendidikan Islam tidak
.hanya bersifat teoretis saja. tetapi juga praktis. Ajaran islam
tidak memisahkan antara iman dan amal saleh.
Oleh karena itu pendidikan Islam merupakan
sekaligus pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi tentang
ajaran sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat menuju kesejahteraan
hidup perorangan dan bersama maka orang pertama yang ber-tugas
mendidik masyarakat adalah pada Nabi dan Rasul, selanjutnya para
ulama dan cerdik pandai sebagai penerus tugas dan kewajiban mereka.
Pendidikan Islam yang berarti proses bimbingan dan
pendidik terhadap perkembangan jasmani rohani dari akal peserta
didik ke arab terbentuknya pribadi muslim telah: berkembang di
berbagai daerah. dan sistem nya yang paling sederhana menuju sistem
pendidikan Islam yang medern Perkembangan pendidikan Islam dalam
sejarahnya perkembangan dalam subsistem yang bersifat operasional
teknis terutama tentang metode, alat-alat dan bentuk kelembagaan.
Adapun hal yang bersifat prinsip dasar dan tujuan Pendidikan Islam,
tetap dipertahankan sesuai dengan prinsip ajaran Islam yang tertuang
dalam Al-Qur’an dan Sunah.
Perkembangan pendidikan Islam dan zaman ke
zaman di berbagai daerah memperlihatkan kecenderungan perkembangan
umum (general trend), ada juga perkembangan yang memperlihatkan
keteraturan (regularity ‘trend) dengan fakta-fakta sejarah
Pendidikan Islam baik dalam aspek, sistem dan bentuk-bentuk
lembaganya. Namun demikian terlihat pula kecenderungan tidak teratur
(irregularity trend) dengan berbagai hambatan-hambatannya.
Lahirnya agama islam yang dibawa Rasulullah
SAW. menimbulkan suatu tenaga penggerak yang luar biasa yang pernah
dialami oleh umat manusia, Islam sebagai landasan spiritual dan
sosial memiliki struktur ajaran moral dan program hidup praktis yang
tidak terpisahkan. semua bagian-bagiannya merupakan kesatuan yang
terpadu secara harmonis, sating mengisi dan sating menunjang. Sebagai
suatu ajaran, Islam memberikan jaminan hubungan metafisik antara
manusia dengan Tuhan dan hubungan duniawi antara individu dan
Lingkungan masyarakatnya serta lingkungan alamnya. Tujuan dan segala
kegiatan praktis ini haruslah merupakan penciptaan dan pemeliharaan
syarat-syarat perorangan dan sosial yang bermanfaat bagi perkembangan
tingkat moral yang berasaskan nilai-nilai keagamaan atau yang
mempunyai nilai dan sifat ibadah dalam din manusia dengan kesadaran
tanggung jawab moral. Pengetahuan moral sudah tentu secara otomatis
mengharuskan tangung jawab moral atas manusia. Moralita hidup dan
mati bagi manusia merupakan perjuangan untuk menegakkan kejayaan
moralita itu sendiri di atas muka bumi.
Dalam sejarah. Islam merupakan gerakan raksasa yang
telah berjalan sepanjang zaman dalam pertumbuhan dan perkembangan
dirinya. Dengan pengalaman-pengalaman yang naik turun, maju mundur
dan berliku-liku. ia telah berhasil memberi dan menerima
pengaruh-pengaruh dan lingkungan yang dijumpainya.
Perubahan-perubahan fundmental telah terjadi berkat pokok-pokok
ajaran Islam yang kenyal dan mengandung falsafah yang menyeluruh
dalam kenyal dan mengandung filsafat yang menyeluruh dalam segi-segi
kehidupan umat manusia. Perkembangan masyarakat Islam mempunyai
hubungan timbal balik dengan perkembangan pendidikan Islam. Keduanya
menggunakan landasan spiritual dan sosial yang berasaskan Islam.
Peranan pendidikan dalam membina umat sangat
besar dalam usaha menciptakan kekuatan-kekuatan yang mendorong ke
arah tercapainya tujuan yang dikehendaki Sebagaimana dimaklumi bahwa
islam bukanlah hanya sekadar suatu kepercayaan agama
yang membawa serta membina masyarakat yang merdeka, yang memiliki
sistem pemerintahan, hukum dan lembaga-lembaga. Semua ini
dasar-dasarnya telah dipancangkan sejak semula oleh Rasulullah SAW.
Yang diikuti terus menerus secara berkesinambungan oleh
generasi-generasi berikutnya.
Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah sebagai
khalifah di alam. Sebagai khalifah, manusia mendapat kuasa dan
wewenang untuk melaksanakannya. Dengan demikian, pendidikan merupakan
urusan hidup dan kehidupan manusia. dan merupakan tanggung jawab
manusia sendiri.
Untuk mendidik diri sendiri, pertama-tama manusia
harus memahami dirinya sendiri. Apa hakikat manusia, bagaimana
hakikat hidup dan kehidupannya. Apa tujuan hidupnya diri apa pula
tugas hidupnya. Problema berikutnya bahwa manusia berhadapan dengan
alam dan lingkungannya, dan manusia harus memahaminya. Bagaimana
hubungannya dengan alam dan lingkungan. Manusia hidup dalam
masyarakatnya, di mana ia harus menyesuaikan din di dalamnya. Manusia
hidup bersama dengan basil cipta nusa dan karsanya kebudayaan).
Manusia hidup bersama dengan kepercayaan dan keyakinannya, dengan
pengalaman pengetahuan yang diperolehnya dalam proses hidup.
Sementara itu dari masa ke masa, dan generasi ke..generasi nampak
bahwa lingkungannya berubah berkembang, pengetahuan, dan
kebudayaannya pun berkembang, sehingga nilai pula. Dan tanpa. dilihat
dengan nyata, kualitas hidup dan kehidupannya pun berangsur-angsur
berubah menuju pada kesempurnaan (menjadi lebih baik).
Hal tersebut merupakan problema hidup dan kehidupan
manusia. Jadi, merupakan problema pendidikan. Menurut konsep
pendidikan dalam Islam (Tarbiyah Islamiyah) bahwa pada
hakikatnya manusia sebagai khalifah Allah di alam; manusia mempunyai
potensi untuk memahami, menyadari dan kemudian merencanakan pemecahan
problema hidup dan kehidupannya. Manusia bertanggung jawab untuk
memecahkan problema hidup dan kehidupannya sendiri: Dengan kata lain,
Islam menghendaki agar manusia melaksanakan pendidikan din sendiri
secara bertanggung jawab agar tetap berada dalam kehidupan yang
Islami, kehidupan yang selamat, sejahtera, sentosa, yang diridai
Tuhan.
Pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai masalah hidup
dan kehidupan manusia sebagaimana dikemukakan di alas memang
merupakan tantangan bagi manusia untuk menjawab. Jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan hakiki tersebut, akan menjadi dasar bagi
pelaksanaan dan praktek pendidikan Ketetapan jawaban
pertanyaan-pertanyaan tersebut akan mampu merumuskan tujuan
pendidikan secara tepat, dan hal mi akan mengarahkan usaha-usaha
kependidikan yang tepat pula. Di sinilah letak peranan filsafat
pendidikan.
Perkembangan filsafat (pemikiran filsafat) dalam
dunia Islam. telah menghasilkan berbagai macam alternatif jawaban
terhadap berbagai macam pertanyaan hakiki problema hidup dan
kehidupan manusia tersebut Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
tentang, hubungan manusia dengan Tuhan, tentang key4kinan dan
kepercayaan hidup, telah menimbulkan limit Kalam.
Pertanyaan-pertanyaan tentang dekatnya hubungan manusia dengan Tuhan,
tentang kembali kepada Tuhan, menimbulkan ilmu Tasawwuf ilmu Fiqh,
merupakan kodifikasi dan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
tentang apa dan bagaimana nilai-nilai dan norma-norma kehidupan dan
tingkah laku dari jawaban-jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan
tentang alam semesta dan hubungan manusia dengan alam semesta dan
lingkungannya menghasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan ilmu-ilmu
tersebut berhasil dikembangkan dalam dunia Islam dengan menggunakan
metode yang khas Islami, yaitu metode ijtihad. Ijtihad adalah
menggunakan segenap daya akal dan potensi manusiawi lainnya untuk
mencari kebenaran dan mengambil kebijaksanaan dengan bimbingan
Al-Quran dan Surah Nabi SAW.
Musthafa Abd. Al-Raziq menyatakan
bahwa al-ijitihadu bi al-ra ‘yi huwa bidayatu al-nadhari al-‘aqli,
ijtihad dengan menggunakan daya kemampuan akal merupakan dasar dan
terbentuknya pola pikir rasional.
Metode ijtihad sebagai metode khas filsafat Islam
memang telah mengalami perkembangan dan para ulama serta filosof
Islam menggunakannya secara bervariasi Pada dasarnya ijtihad
bersumber pada Al-Quran sebagai wahyu Allah dan Al-Sunah sebagai
penjelasan dan penjabarannya, tetapi para ulama dan filosof Islam
berbeda-beda dalam cara penggunaannya sebagai sumber pemikiran dan
ijtihadnya.
Perbedaan tersebut pada hakikatnya bersumber dan
perbedaan dasar filosofis yang mendasari nya. Ulama dan filosof dan
kalangan mu’tazilah misalnya, berpandangan bahwa hakikat Al-Quran
adalah makhluk, baru, sebagaimana alam lainnya. Alam berkembang,
berubah dan kebenaran-kebenaran yang diperoleh manusia dari alam pun
merupakan kebenaran yang relatif Demikian pula kebenaran dan
pengetahuan yang didapatkan dari Al-Quran pun merupakan kebenaran
yang relatif Al-Sunah sebagai pengabaian dan kebenaran Al-Quran
penafsiran) menunjukkan kebenaran dan kesesuaian dengan zaman nya.
Oleh karena itu, penafsiran terhadap Al Quran pun
dapat berkembang. Sedangkan kalangan Ahlu al-Sunah pada umumnya
berpandangan bahwa hakikat Al-Quran adalah kalamullah yang qadim
(abadi). Dengan demikian, kebenaran-kebenaran yang terdapat di
dalamnya adalah kebenaran yang abadi, kebenaran yang tak tersentuh
akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai konsekuensinya, penafsiran
Al-Quran dengan menggunakan akal pikiran merupakan masalah yang tabu
dan dilarang.
Ijtihad hanya diperbolehkan selama tidak menyentuh
hal-hal yang sudah tercantum dalam Al-Quran dan sudah dijelaskan
dalam Al-Sunah. Di kalangan ulama dan filosof dalam hidang faqh pun
berbeda-beda sistem ijthadnya, sehingga menghasilkan kesimpulan hukum
yang berbeda-beda pula. Demikian pula di kalangan ahli tasawwuf,
penggunaan sistem ijtihad yang berbeda, menghasilkan terikat yang
berbeda-beda pula.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa dalam
filsafat Islam telah berkembang metode-metode filosofis dan
aliran-aliran filsafat yang beraneka ragam, yang kesemuanya
memberikan arah dan mempengaruhi jalannya pertumbuhan dan
perkembangan umat Islam, baik secara individual maupun. secara
ijtima’i (dalam arti umat islam).
Dengan kata lain, metode dan sistem serta aliran
filsafat Islam tersebut mempengaruhi, bahkan mengarahkan jalannya
pendidikan di kalangan umat Islam.
Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam dapat
diartikan sebagai studi tentang pandangan filosofis dan sistem dan
aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan
bagaimana pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia
Muslim dan Umat Islam.
Di samping itu, filsafat Pendidikan Islam juga
merupakan studi tentang penggunaan dan penerangan metode dan sistem
filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat Islam,
dan selanjutnya memberikan arab dan tujuan yang jelas terhadap
pelaksanaan pendidikan umat Islam.
Jadi, filsafat pendidikan Islam bersifat tradisional
dan kritis. Hal ini sejalan dengan paham yang dikemukakan oleh Imam
Barnadib dalam Filsafat. pendidikannya, bahwa filsafat
pendidikan itu mempunyai dua corak. yaitu filsafat tradisional dan
kritis. filsafat tradisional adalah filsafat sebagaimana
adanya sistematika, serta aliran nya sebagaimana dijumpai dalam
sejarah. Tadi, kalau diajukan pertanyaan-pertanyaan maka jawaban yang
diperlukan ada dan melekat pada masing-masing jenis dan aliran
tersebut. Lain halnya dengan filsafat kritis, pertanyaan-Pertanyaan
yang diajukan dapat disusun dan dilepaskan dan ikatan waktu
(hicroris) dan usaha mencari jawaban yang diperlukan dapat
memobilisasikannya sebagai aliran yang ada, dan mencari dan
masing-masing aliran, serta mengambilnya dari jenis masalah yang
bersangkutan)
Dasar dan Tujuan Filsafat Pendidikan Islam
Dalam perjalanan hidupnya, umat manusia senantiasa
dihadapkan kepada pengalaman-pengalaman peristiwa alamiah yang ada di
sekitarnya. Pengalaman-pengalaman lahir ini merupakan sejarah
hidupnya yang mengesankan dan. kemudian menghidupkan serta menjadi
pengalaman batinnya sebagai alat pendorong untuk mengadakan
perubahan-perubahan bagi kepentingan hidup dan kehidupannya
Perkembangan hidupnya ini tidak terlepas dari proses pembentukan
pribadi yang diwariskan berkesinambungan kepada generasi berikutnya.
Dengan kelompoknya atau dengan masyarakatnya, mereka akan saling
memberi pengaruh dalam kehidupan bersama hubungan pengaruh yang
terjadi dalam suasana tata kemasyarakatan akan membentuk suatu corak
dan bentuk tertentu dan kebudayaan dan peradaban, yang sejalan dengan
segi pandangan hidup kemanusiaan atau falsafah hidupnya yang
menggambarkan tingkat kehidupan kerohanian yang telah dicapainya.
Proses perjalanan dan pembinaan serta pertumbuhan
kebudayaan dan peradaban suatu masyarakat tidak selalu
menggembirakan, tetapi sering pula terjadi hal-hal yang menyebabkan
hambatan-hambatan atau :sama sekali terhenti dan menyebabkan
kemunduran dibanding dengan apa yang telah dicapai di. masa-masa
silamnya.
Sejak dilahirkan, umat manusia telah diwarisi
intuisi beragama dan intuisi serba ingin tahu. Dalam perkembangannya
kedua intuisi ini kadang-kadang menimbulkan benturan-benturan antara
pikiran dan perasaan yang mengakibatkan timbulnya pertentangan batin.
Adapun wujud dan kedua intuisi ini adalah akal dan budi. Dengan
akalnya, orang akan memperoleh ilmu pengetahuan sebagai bahan
pertimbangan secara lahiriah. Dengan budinya orang akan memperoleh
dasar pertimbangan yang mempunyai latar belakang kebaikan dan
kebajikan walaupun kadang-kadang tanpa pengertian.
Penggunaan akal budi yang serasi akan menghidupkan
sikap ajrih dan asih yang timbul dan dorongan batinnya dengan
kesadaran hati nuraninya. ajrih dan asih adalah. gambaran kehidupan
iman, yang menuju ke arah kehidupan yang berdasarkan takwa. Dan
inilah gambaran dan insan kamil. Ia senantiasa berusaha menjaga
hubungan baik antara dia sendiri dengan Allah dan antara sesamanya
dengan alam sekitarnya.
Petunjuk dari Allah SWT melalui Al Quran bahwa
Pencipta segala sesuatu itu adalah Allah sendiri tanpa bantuan dari
selain-Nya. Manusia diciptakan dan segumpal darah melalui proses
pertumbuhan menurut hukum yang telah ditetapkan Allah. Allah
menyatakan diri-Nya bahwa Dialah Yang Maha Pemurah, sehingga bukan
untuk ditakuti apalagi dijauhi. Akan tetapi harus (didekati dan
diikuti segala kehendaknya, demi kepentingan dan kebaikan umat
manusia sendiri. Dialah Maha pendidik Yang Bijaksana mendidik manusia
dengan ilmu pengetahuan diri dengan menulis dan membaca.
Petunjuk ini berarti bahwa manusia harus bisa
membaca dalam arti yang sesungguhnya dan dalam arti majazi (kiasan).
Arti sesungguhnya adalah membaca apa yang ditulis, berupa huruf Arti
majazi adalah membaca diri sendiri dan alam sekitarnya serta latar
belakang dari keduanya itu (metafisika). Jadi, yang dikehendaki Allah
ialah agar manusia mampu membaca apa yang tersurat dan apa yang
tersirat, hingga benar-benar mengenal dirinya dan bertindak sesuai
dengan pengenalannya itu.
Sebuah pepatah mengatakan:
Mengenal diri sendiri bukanlah suatu hal yang mudah,
pada ilmumnya manusia baru dalam taraf mengetahui akan dirinya, masih
dalam taraf pertama. Taraf selanjutnya adalah mengerti dan memahami
kemudian mengenal dan menghayati. Setelah itu, meningkat pada taraf
mencintai yang akan mendorongnya untuk melakukan suatu tindakan yang
baik dan terpuji bagi dirinya.
Firman Allah tersebut mengandung makna yang sangat
luas dan mendalam. Untuk keperluan pembahasan ini, kita fokuskan pada
permasalahannya, yakni masalah filsafat pendidikan. Maka kita akan
memperoleh kesimpulan bahwa firman tersebut merupakan pernyataan dan
Allah SWT. bahwa kodrat alam manusia secara pribadi adalah:
- Makhluk yang mampu bertindak serta diperlakukan secara individual,
- Makhluk yang mampu hidup bersama, yakni makhluk sosial,
- Makhluk yang mampu menerima pendidikan, atau makhluk yang bisa dididik,
- Makhluk pendukung dan pembina kebudayaan dan peradaban,
- Makhluk beragama, pendukung moral dan etika.
Filsafat pendidikan yang terkandung dalam ayat
tersebut mengakui adanya peranan manusia dalam alam semesta Karena
itu, dengan akalnya manusia telah diberi kesanggupan untuk
memikirkan segala sesuatu kepentingan hidup dan kehidupannya,
termasuk masalah yang merupakan investasi bagi perkembangan hidup dan
kehidupannya.
Dalam Al-Quran, Allah sering menberikan
anjuran-anjuran yang keras agar manusia menggunakan akalnya secara
efektif untuk memperoleh hasil yang maksimal. Jadi, selain kita
diharuskan mengikuti petunjuk dari perintah Allah, juga diwajibkan
mematuhi petunjuk dan perintah dengan mencontoh Rasulullah SAW.
Sejalan dengan dasar pikiran di atas, Rasulullah
telah memberikan petunjuknya, Sabda Rasul memberikan tekanan bahwa
pendidikan itu pertama-tama dilaksanakan di lingkungan rumah tangga.
Ibu dan bapaknyalah yang menjadi guru pertama bagi anak-anaknya.
Kedua orang tuanya itulah yang akan menentukan basil dan pendidikan
anak-anaknya, dan mereka bertanggung jawab atas hasil usaha mendidik
anaknya itu kepada Allah SWT, dan akan merasakan hasil lebih payahnya
itu.
Petunjuk tersebut mengandung makna kandungan
filsafat yang luas, yang harus dipikirkan dan dikembangkan hingga
memperoleh jawaban mengenai hakikat kebenaran dan pendidikan dan
dapat dilaksanakan dengan baik dan praktis. Jelasnya, Al-Quran dan
Sunah adalah dasar dan landasan bagi filsafat pendidikan Islam,
menjadi standar kebenaran bagi basil pemikiran filosofis manusia
untuk diamalkan dalam kehidupan. Dasar-dasar tersebut tidak akan
menyimpang atau menyalahi UUD 1945 dan falsafah Pancasila, bahkan
menunjang dan memberikan isinya. Usaha pengisian ini adalah kebutuhan
utama bagi kepentingan umat Islam Indonesia. Jaminan hukum, untuk ini
telah baik dalam UUD 1945 maupun dalam falsafah Pancasila.
B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
Islam
Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di
dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, bagaimanapun
sederhana nya peradaban masyarakat, di dalamnya terjadi atau
berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena itu, sering
dinyatakan bahwa pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat
manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia
melestarikan hidupnya.
Di dalam buku Modern Philosophies of Education
(Fourth Edition), S. Brubacher mengemukakan bahwa:
Education should be thought of the process of
man’s rcciprocal adjustmeit to nature, to his fellows, and to the
ultimate nature of the cosmos. Education is the organized development
and social uses, directed ‘toward the union’ of these activities
with their Creator as their final end. Education is the process in
which these powers (abilities, capacities) of men which’ are
susceptible to habituation are perfected by good habits: by means
artistically contrived, and employed bay a man to help another or him
self achieve the end in view (I.e. good habits).
Artinya;
Pendidikan sebagai proses timbal balik dan tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan sesama, dan dengan alam semesta. Pendidikan juga merupakan perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dan semua potensi-potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani (fisik), oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya yang diharapkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan akhir). Pendidikan adalah proses, di mana potensi-potensi (kemampuan, kapasitas) manusia Yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik. oleh alat/ media yang disusun Sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Pendidikan sebagai proses timbal balik dan tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan sesama, dan dengan alam semesta. Pendidikan juga merupakan perkembangan yang terorganisasi dan kelengkapan dan semua potensi-potensi manusia, moral, intelektual dan jasmani (fisik), oleh dan untuk kepribadian individunya dan kegunaan masyarakatnya yang diharapkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan hidupnya (tujuan akhir). Pendidikan adalah proses, di mana potensi-potensi (kemampuan, kapasitas) manusia Yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik. oleh alat/ media yang disusun Sedemikian rupa dan dikelola oleh manusia untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.
Dalain hal ini, tim Dosen FIP IKIP Malang
menyimpulkan pengertian pendidikan adalah:
- Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, rohani (pikiran, rasa, karsa, cipta, dan budi nurani) dengan jasmani (panca indera serta keterampilan-keterampilan).
- Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi sistem, dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi : keluarga, sekolah, dan masyarakat (negara).
- Hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya. pendidikan dalam arti ini merupakan tingkat kemajuan masyarakat dan kebudayaan sebagai satu kesatuan.
Dari rumusan ini masih banyak terlihat keumuman
pengertian pendidikan. Pembentukan pribadi misalnya belum memberi
gambaran tentang konsep kepribadian model yang mana. Demikian juga
perkembangan manusia yang dikehendaki keterpaduan nya dengan kemajuan
masyarakat dan hasil budaya, belum menunjukkan adanya kualifikasi
tertentu.
Sebagaimana telah dibahas di bagian pertama buku
ini, Islam memandang pendidikan sebagai pemberi corak hitam putihnya
perjalanan hidup seseorang, dan karena islam menetapkan bahwa
pendidikan merupakan hidup yang wajib hukumnya bagi pria dan wanita
(faridatun alaa kuli muslumi wamuslimatin). Tiada batasan
untuk memperolehnya (sampai pun ke negeri cina), dan
berlangsung seumur hidup semenjak buaian hingga ajal datang.
Kedudukan itu secara tidak langsung telah menetapkan
pendidikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan
kehidupan umat manusia. John dewey mengemukakan bahwa
pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup (a necessity of
life), salah satu fungsi sosial (a social function)
sebagai bimbingan (as direction), sebagai sarana pertumbuhan
(as growth), yang mempersiapkan dan membukakan serta
membentuk disiplin hidup transmisi baik dalam bentuk informasi,
formal maupun non formal.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Di dalam zaman globalisasi ini teknologi begitu maka marilah kita mengamalkan bersama-sama tujuan pendidikan islam baik lewat pendidikan formal maupun non formal
Di dalam zaman globalisasi ini teknologi begitu maka marilah kita mengamalkan bersama-sama tujuan pendidikan islam baik lewat pendidikan formal maupun non formal
3.2. Saran
Pendidikan adalah salah satu tujuan pokok manusia karena itu sebagai calon pendidik marilah kita mengamalkan tujuan pendidikan islam secara ikhlas baik lewat pendidikan formal.
Pendidikan adalah salah satu tujuan pokok manusia karena itu sebagai calon pendidik marilah kita mengamalkan tujuan pendidikan islam secara ikhlas baik lewat pendidikan formal.
DAFTAR PUSTAKA
Al- Maududi, Abdul A’la. Islmaic Way Of Life,
(Terjemahan). Islam Sebagai Pandangan Hidup. Sinar
Baru, Bandung, 1983.
Ahmad, Sa’ad Mursa. Dr, Tathawwaur Al-fikry
al-Tarbawy, Matabi’ Sabjal Al-Arabi, Kairo, 1975.
Al-abrasy, Mohammad Athiyyah. Dr, At-Tarbiyah
Al-Islamiyah (Terjemah Prof. H. Bustami A. Gani dan Djohar Bachry.
Lis Dasar-Dasar pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta 1974
Disimpan dalam Makalah
Perihal andiagussalim
1. Pusat Rental Komputer & Jasa Pengetikan 2. Percetakan 3. Penerbitan 4. Fotography & Videography Lokasi : Jln. Wijaya Kusuma Raya No. 62 Banta-bantaeng Makassar 90222
5 Tanggapan untuk Makalah Pendidikan Agama Islam – Hubungan Filsafat dengan Islam
- pencari kebenaran mengatakan:23 April 2012 pada 05:30
Agama vs filsafat
Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang benturan antara agama dan filsafat maka kita harus terlebih dahulu mengetahui hakikat agama dan juga filsafat sehingga kala terjadi benturan antara keduanya kita bisa memahami latar belakang terjadinya benturan itu serta bisa menempatkan dimana agama harus diletakkan dan dimana filsafat harus diletakan.
Secara simpel tapi sangat mendasar kita harus menempatkan agama sebagai konsep-sudut pandang Tuhan dan filsafat sebagai konsep sudut pandang manusia dan definisi demikian sebenarnya cukup untuk melukiskan secara mendasar apa itu agama dan apa itu filsafat.mengenai karakteristik dari keduanya kita akan mengetahuinya secara lebih mudah bila kita telah melekatkan agama dengan Tuhan dan filsafat dengan manusia.kita akan mengetahui dan memahami sisi manapun dari agama bila itu selalu dikaitkan dengan Tuhan dan kita akan mengetahui sisi manapun dari filsafat bila itu selalu dikaitkan dengan manusia.mengenai kelebihan dan kekurangannya pun akan kita ketahui tinggal kita melekatkan agama dengan sifat Tuhan dan filsafat dengan sifat manusia.
Sebaliknya kita akan menemukan kerancuan apabila kita menyandarkan atau mengembalikan agama kepada manusia,misal menganggap agama sebagai ‘sesuatu yang berasal dari manusia’ atau ‘ciptaan’ seorang yang disebut ‘nabi’dan disisi lain mengkultuskan filsafat sebagai ‘muara kebenaran’,dengan prinsip cara pandang seperti itu agama hanya akan menjadi obyek penghakiman dan bulan bulanan filsafat.sehingga sekali lagi agama akan bisa dilihat karakteristiknya yang sejati termasuk superioritasnya manakala apapun yang ada dalam agama disandarkan pada Tuhan.
Dengan memahami hakikat agama dan filsafat secara mendasar kita bisa mengukur : layakkah bila filsafat menghakimi agama karena itu sama dengan berarti manusia menghakimi Tuhan,bandingkan dengan bila agama menghakimi filsafat itu artinya sama dengan Tuhan menghakimi manusia.
Setelah memahami penjelasan mendasar diatas maka kita akan meyakini bahwa bahasan apapun yang melibatkan agama dengan filsafat didalamnya akan rancu,kabur,rumit dan pelik bila tidak berangkat dari definisi pemahaman terhadap agama dan filsafat yang bersifat mendasar sebagaimana diuraikan diatas.sebagai contoh bila seseorang cenderung terlalu takjub dengan filsafat atau mengaguminya secara berlebihan sehingga ujungnya cenderung mengkultuskannya sebagai ‘simbol kebenaran’ maka dijamin kala menemukan bahasan yang bersinggungan dengan agama ia akan menemukan kerumitan yang luar biasa karena ada banyak pertentangan tajam diantara keduanya,dan ujungnya sifat mengagumi secara berlebihan terhadap filsafat akan membuat seseorang mudah bersikap apriori terhadap agama dengan memandang agama secara apriori sebagai miring dan negative dan kala menemukan enturan antara agama dengan filsafat ia akan cenderung berfihak kepada filsafat.
Banyak nya fihak yang membuat tulisan seputar agama versus filsafat menunjukan pertama ; memang ada banyak terdapat benturan dan pertentangan antara agama versus filsafat karena keduanya berada pada dua kutub yang berbeda,kedua karena agama adalah sudut pandang Tuhan dan filsafat adalah sudut pandang manusia maka otomatis akan terdapat benturan diantara keduanya,ketiga karena dunia filsafat bukan hanya dihuni oleh orang yang beriman yang dengan rasio nya berusaha untuk membela keimanannya tapi sebenarnya mayoritas diisi oleh orang tak beriman yang pandangan pandangannya otomatis sering berbenturan dengan pandangan agama.
Sebenarnya suatu yang baik dan benar memposisikan agama dan filsafat dalam posisi yang saling berbenturan ketimbang selalu berupaya mencari persesuaiannya,sebab dengan cara (mempertentangkan) demikian maka manusia akan mengetahui identitas masing masing secara jelas dan terang.bila kita memakai persentasi maka isi dari filsafat itu sekian persen bersesuaian dengan agama dan sekian persen bertentangan.sama dengan ibarat hitam dan putih itu bisa dipadukan dalam harmonisasi warna tapi untuk mengetahui identitas yang jelas dari apa itu ‘putih’ maka manusia harus mempertentangkannya dengan hitam,demikian pula siang dengan malam bila kita melihatnya dari satu sisi (harmonisasi) maka kita akan melihatnya sebagai keterpaduan tapi untuk mengenal makna pengertian ‘malam’ secara hitam-putih maka manusia harus mempertentangkannya dengan malam.
Demikian kita akan bisa melihat secara jelas identitas,perbedaan,karakteristik agama bila kita membandingkannya dengan filsafat,demikian pula sebaliknya karakteristik yang khas dari filsafat kan terlihat jelas bila kita membandingkannya dengan agama.beberapa hasil tela’ah yang bisa diperoleh dari hasil saling memperbandingkan antara agama dengan filsafat diantaranya :
1.kita bisa mengetahui bahwa apapun yang dibahas dalam agama pada ujungnya semua bermuara pada satu titik yaitu Tuhan dan hal demikian makin jelas apabila kita membandingkannya dengan filsafat sebab dalam filsafat apapun yang dibahas tidak bermuara ke satu titik tapi kebanyak kepala yaitu ke banyak pendapat dan bahkan diantara pandangan yang berbeda beda itu satu sama lain ada yang saling bersesuaian ada yang saling menguatkan tapi ada yang saling berlawanan dan saling meruntuhkan.
2.kita bisa mengetahui bahwa kebenaran agama berasas kepada hal hal yang bersifat hakiki manakala kita membandingkannya dengan filsafat yang bila kita bandingkan dengan agama disamping ada yang mengacu kepada hal hal yang bersifat hakiki juga ada yang sering berpijak kepada hal hal yang bersifat relatif dan spekulatif.sifat hakiki itu bisa kita ketahui dari sifat pernyataan atau deskripsi yang tidak berubah ubah sehingga kebenaran yang ada dalam agama menjadi kebenaran yang baku.dan salah satu karakter dari sifat hakiki adalah ia tidak berubah oleh waktu-keadaan-situasi dlsb.berbanding terbalik dengan yang terjadi dalam filsafat maka sifat pernyataannya sering berubah ubah dari waktu ke waktu,misal sebuah pandangan diruntuhkan oleh pandangan lain seiring lahirnya pandangan baru yang dianggap lebih baik dan lebih sesuai dengan zaman.dan itulah ciri dari kebenaran yang bersifat relative adalah essensinya berubah ubah dari waktu ke waktu.sedang pada agama walau para nabi dan kita suci bergantian dari zaman ke zaman dan konsepnya disesuaian dengan keadaan zaman tetapi essensinya sama sekali tidak berubah.
Baik agama maupun filsafat ada pada satu ruang dan waktu yang sama atau ada pada realitas yang sama dan menafsirkan realitas yang sama jadi benturan dan pertentangan sudah pasti akan selalu ada di berbagai sisi sebab agama dan filsafat menafsirkan realitas secara berbeda,agama mengikuti sudut pandang Tuhan dan filsafat mengikuti sudut pandang manusia.
Agama vs filsafat
Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang benturan antara agama dan filsafat maka kita harus terlebih dahulu mengetahui hakikat agama dan juga filsafat sehingga kala terjadi benturan antara keduanya kita bisa memahami latar belakang terjadinya benturan itu serta bisa menempatkan dimana agama harus diletakkan dan dimana filsafat harus diletakan.
Secara simpel tapi sangat mendasar kita harus menempatkan agama sebagai konsep-sudut pandang Tuhan dan filsafat sebagai konsep sudut pandang manusia dan definisi demikian sebenarnya cukup untuk melukiskan secara mendasar apa itu agama dan apa itu filsafat.mengenai karakteristik dari keduanya kita akan mengetahuinya secara lebih mudah bila kita telah melekatkan agama dengan Tuhan dan filsafat dengan manusia.kita akan mengetahui dan memahami sisi manapun dari agama bila itu selalu dikaitkan dengan Tuhan dan kita akan mengetahui sisi manapun dari filsafat bila itu selalu dikaitkan dengan manusia.mengenai kelebihan dan kekurangannya pun akan kita ketahui tinggal kita melekatkan agama dengan sifat Tuhan dan filsafat dengan sifat manusia.
Sebaliknya kita akan menemukan kerancuan apabila kita menyandarkan atau mengembalikan agama kepada manusia,misal menganggap agama sebagai ‘sesuatu yang berasal dari manusia’ atau ‘ciptaan’ seorang yang disebut ‘nabi’dan disisi lain mengkultuskan filsafat sebagai ‘muara kebenaran’,dengan prinsip cara pandang seperti itu agama hanya akan menjadi obyek penghakiman dan bulan bulanan filsafat.sehingga sekali lagi agama akan bisa dilihat karakteristiknya yang sejati termasuk superioritasnya manakala apapun yang ada dalam agama disandarkan pada Tuhan.
Dengan memahami hakikat agama dan filsafat secara mendasar kita bisa mengukur : layakkah bila filsafat menghakimi agama karena itu sama dengan berarti manusia menghakimi Tuhan,bandingkan dengan bila agama menghakimi filsafat itu artinya sama dengan Tuhan menghakimi manusia.
Setelah memahami penjelasan mendasar diatas maka kita akan meyakini bahwa bahasan apapun yang melibatkan agama dengan filsafat didalamnya akan rancu,kabur,rumit dan pelik bila tidak berangkat dari definisi pemahaman terhadap agama dan filsafat yang bersifat mendasar sebagaimana diuraikan diatas.sebagai contoh bila seseorang cenderung terlalu takjub dengan filsafat atau mengaguminya secara berlebihan sehingga ujungnya cenderung mengkultuskannya sebagai ‘simbol kebenaran’ maka dijamin kala menemukan bahasan yang bersinggungan dengan agama ia akan menemukan kerumitan yang luar biasa karena ada banyak pertentangan tajam diantara keduanya,dan ujungnya sifat mengagumi secara berlebihan terhadap filsafat akan membuat seseorang mudah bersikap apriori terhadap agama dengan memandang agama secara apriori sebagai miring dan negative dan kala menemukan enturan antara agama dengan filsafat ia akan cenderung berfihak kepada filsafat.
Banyak nya fihak yang membuat tulisan seputar agama versus filsafat menunjukan pertama ; memang ada banyak terdapat benturan dan pertentangan antara agama versus filsafat karena keduanya berada pada dua kutub yang berbeda,kedua karena agama adalah sudut pandang Tuhan dan filsafat adalah sudut pandang manusia maka otomatis akan terdapat benturan diantara keduanya,ketiga karena dunia filsafat bukan hanya dihuni oleh orang yang beriman yang dengan rasio nya berusaha untuk membela keimanannya tapi sebenarnya mayoritas diisi oleh orang tak beriman yang pandangan pandangannya otomatis sering berbenturan dengan pandangan agama.
Sebenarnya suatu yang baik dan benar memposisikan agama dan filsafat dalam posisi yang saling berbenturan ketimbang selalu berupaya mencari persesuaiannya,sebab dengan cara (mempertentangkan) demikian maka manusia akan mengetahui identitas masing masing secara jelas dan terang.bila kita memakai persentasi maka isi dari filsafat itu sekian persen bersesuaian dengan agama dan sekian persen bertentangan.sama dengan ibarat hitam dan putih itu bisa dipadukan dalam harmonisasi warna tapi untuk mengetahui identitas yang jelas dari apa itu ‘putih’ maka manusia harus mempertentangkannya dengan hitam,demikian pula siang dengan malam bila kita melihatnya dari satu sisi (harmonisasi) maka kita akan melihatnya sebagai keterpaduan tapi untuk mengenal makna pengertian ‘malam’ secara hitam-putih maka manusia harus mempertentangkannya dengan malam.
Demikian kita akan bisa melihat secara jelas identitas,perbedaan,karakteristik agama bila kita membandingkannya dengan filsafat,demikian pula sebaliknya karakteristik yang khas dari filsafat kan terlihat jelas bila kita membandingkannya dengan agama.beberapa hasil tela’ah yang bisa diperoleh dari hasil saling memperbandingkan antara agama dengan filsafat diantaranya :
1.kita bisa mengetahui bahwa apapun yang dibahas dalam agama pada ujungnya semua bermuara pada satu titik yaitu Tuhan dan hal demikian makin jelas apabila kita membandingkannya dengan filsafat sebab dalam filsafat apapun yang dibahas tidak bermuara ke satu titik tapi kebanyak kepala yaitu ke banyak pendapat dan bahkan diantara pandangan yang berbeda beda itu satu sama lain ada yang saling bersesuaian ada yang saling menguatkan tapi ada yang saling berlawanan dan saling meruntuhkan.
2.kita bisa mengetahui bahwa kebenaran agama berasas kepada hal hal yang bersifat hakiki manakala kita membandingkannya dengan filsafat yang bila kita bandingkan dengan agama disamping ada yang mengacu kepada hal hal yang bersifat hakiki juga ada yang sering berpijak kepada hal hal yang bersifat relatif dan spekulatif.sifat hakiki itu bisa kita ketahui dari sifat pernyataan atau deskripsi yang tidak berubah ubah sehingga kebenaran yang ada dalam agama menjadi kebenaran yang baku.dan salah satu karakter dari sifat hakiki adalah ia tidak berubah oleh waktu-keadaan-situasi dlsb.berbanding terbalik dengan yang terjadi dalam filsafat maka sifat pernyataannya sering berubah ubah dari waktu ke waktu,misal sebuah pandangan diruntuhkan oleh pandangan lain seiring lahirnya pandangan baru yang dianggap lebih baik dan lebih sesuai dengan zaman.dan itulah ciri dari kebenaran yang bersifat relative adalah essensinya berubah ubah dari waktu ke waktu.sedang pada agama walau para nabi dan kita suci bergantian dari zaman ke zaman dan konsepnya disesuaian dengan keadaan zaman tetapi essensinya sama sekali tidak berubah.
Baik agama maupun filsafat ada pada satu ruang dan waktu yang sama atau ada pada realitas yang sama dan menafsirkan realitas yang sama jadi benturan dan pertentangan sudah pasti akan selalu ada di berbagai sisi sebab agama dan filsafat menafsirkan realitas secara berbeda,agama mengikuti sudut pandang Tuhan dan filsafat mengikuti sudut pandang manusia.
Agama vs filsafat
Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang benturan antara agama dan filsafat maka kita harus terlebih dahulu mengetahui hakikat agama dan juga filsafat sehingga kala terjadi benturan antara keduanya kita bisa memahami latar belakang terjadinya benturan itu serta bisa menempatkan dimana agama harus diletakkan dan dimana filsafat harus diletakan.
Secara simpel tapi sangat mendasar kita harus menempatkan agama sebagai konsep-sudut pandang Tuhan dan filsafat sebagai konsep sudut pandang manusia dan definisi demikian sebenarnya cukup untuk melukiskan secara mendasar apa itu agama dan apa itu filsafat.mengenai karakteristik dari keduanya kita akan mengetahuinya secara lebih mudah bila kita telah melekatkan agama dengan Tuhan dan filsafat dengan manusia.kita akan mengetahui dan memahami sisi manapun dari agama bila itu selalu dikaitkan dengan Tuhan dan kita akan mengetahui sisi manapun dari filsafat bila itu selalu dikaitkan dengan manusia.mengenai kelebihan dan kekurangannya pun akan kita ketahui tinggal kita melekatkan agama dengan sifat Tuhan dan filsafat dengan sifat manusia.
Sebaliknya kita akan menemukan kerancuan apabila kita menyandarkan atau mengembalikan agama kepada manusia,misal menganggap agama sebagai ‘sesuatu yang berasal dari manusia’ atau ‘ciptaan’ seorang yang disebut ‘nabi’dan disisi lain mengkultuskan filsafat sebagai ‘muara kebenaran’,dengan prinsip cara pandang seperti itu agama hanya akan menjadi obyek penghakiman dan bulan bulanan filsafat.sehingga sekali lagi agama akan bisa dilihat karakteristiknya yang sejati termasuk superioritasnya manakala apapun yang ada dalam agama disandarkan pada Tuhan.
Dengan memahami hakikat agama dan filsafat secara mendasar kita bisa mengukur : layakkah bila filsafat menghakimi agama karena itu sama dengan berarti manusia menghakimi Tuhan,bandingkan dengan bila agama menghakimi filsafat itu artinya sama dengan Tuhan menghakimi manusia.
Setelah memahami penjelasan mendasar diatas maka kita akan meyakini bahwa bahasan apapun yang melibatkan agama dengan filsafat didalamnya akan rancu,kabur,rumit dan pelik bila tidak berangkat dari definisi pemahaman terhadap agama dan filsafat yang bersifat mendasar sebagaimana diuraikan diatas.sebagai contoh bila seseorang cenderung terlalu takjub dengan filsafat atau mengaguminya secara berlebihan sehingga ujungnya cenderung mengkultuskannya sebagai ‘simbol kebenaran’ maka dijamin kala menemukan bahasan yang bersinggungan dengan agama ia akan menemukan kerumitan yang luar biasa karena ada banyak pertentangan tajam diantara keduanya,dan ujungnya sifat mengagumi secara berlebihan terhadap filsafat akan membuat seseorang mudah bersikap apriori terhadap agama dengan memandang agama secara apriori sebagai miring dan negative dan kala menemukan enturan antara agama dengan filsafat ia akan cenderung berfihak kepada filsafat.
Banyak nya fihak yang membuat tulisan seputar agama versus filsafat menunjukan pertama ; memang ada banyak terdapat benturan dan pertentangan antara agama versus filsafat karena keduanya berada pada dua kutub yang berbeda,kedua karena agama adalah sudut pandang Tuhan dan filsafat adalah sudut pandang manusia maka otomatis akan terdapat benturan diantara keduanya,ketiga karena dunia filsafat bukan hanya dihuni oleh orang yang beriman yang dengan rasio nya berusaha untuk membela keimanannya tapi sebenarnya mayoritas diisi oleh orang tak beriman yang pandangan pandangannya otomatis sering berbenturan dengan pandangan agama.
Sebenarnya suatu yang baik dan benar memposisikan agama dan filsafat dalam posisi yang saling berbenturan ketimbang selalu berupaya mencari persesuaiannya,sebab dengan cara (mempertentangkan) demikian maka manusia akan mengetahui identitas masing masing secara jelas dan terang.bila kita memakai persentasi maka isi dari filsafat itu sekian persen bersesuaian dengan agama dan sekian persen bertentangan.sama dengan ibarat hitam dan putih itu bisa dipadukan dalam harmonisasi warna tapi untuk mengetahui identitas yang jelas dari apa itu ‘putih’ maka manusia harus mempertentangkannya dengan hitam,demikian pula siang dengan malam bila kita melihatnya dari satu sisi (harmonisasi) maka kita akan melihatnya sebagai keterpaduan tapi untuk mengenal makna pengertian ‘malam’ secara hitam-putih maka manusia harus mempertentangkannya dengan malam.
Demikian kita akan bisa melihat secara jelas identitas,perbedaan,karakteristik agama bila kita membandingkannya dengan filsafat,demikian pula sebaliknya karakteristik yang khas dari filsafat kan terlihat jelas bila kita membandingkannya dengan agama.beberapa hasil tela’ah yang bisa diperoleh dari hasil saling memperbandingkan antara agama dengan filsafat diantaranya :
1.kita bisa mengetahui bahwa apapun yang dibahas dalam agama pada ujungnya semua bermuara pada satu titik yaitu Tuhan dan hal demikian makin jelas apabila kita membandingkannya dengan filsafat sebab dalam filsafat apapun yang dibahas tidak bermuara ke satu titik tapi kebanyak kepala yaitu ke banyak pendapat dan bahkan diantara pandangan yang berbeda beda itu satu sama lain ada yang saling bersesuaian ada yang saling menguatkan tapi ada yang saling berlawanan dan saling meruntuhkan.
2.kita bisa mengetahui bahwa kebenaran agama berasas kepada hal hal yang bersifat hakiki manakala kita membandingkannya dengan filsafat yang bila kita bandingkan dengan agama disamping ada yang mengacu kepada hal hal yang bersifat hakiki juga ada yang sering berpijak kepada hal hal yang bersifat relatif dan spekulatif.sifat hakiki itu bisa kita ketahui dari sifat pernyataan atau deskripsi yang tidak berubah ubah sehingga kebenaran yang ada dalam agama menjadi kebenaran yang baku.dan salah satu karakter dari sifat hakiki adalah ia tidak berubah oleh waktu-keadaan-situasi dlsb.berbanding terbalik dengan yang terjadi dalam filsafat maka sifat pernyataannya sering berubah ubah dari waktu ke waktu,misal sebuah pandangan diruntuhkan oleh pandangan lain seiring lahirnya pandangan baru yang dianggap lebih baik dan lebih sesuai dengan zaman.dan itulah ciri dari kebenaran yang bersifat relative adalah essensinya berubah ubah dari waktu ke waktu.sedang pada agama walau para nabi dan kita suci bergantian dari zaman ke zaman dan konsepnya disesuaian dengan keadaan zaman tetapi essensinya sama sekali tidak berubah.
Baik agama maupun filsafat ada pada satu ruang dan waktu yang sama atau ada pada realitas yang sama dan menafsirkan realitas yang sama jadi benturan dan pertentangan sudah pasti akan selalu ada di berbagai sisi sebab agama dan filsafat menafsirkan realitas secara berbeda,agama mengikuti sudut pandang Tuhan dan filsafat mengikuti sudut pandang manusia.
Agama vs filsafat
Sebelum kita berbicara lebih jauh tentang benturan antara agama dan filsafat maka kita harus terlebih dahulu mengetahui hakikat agama dan juga filsafat sehingga kala terjadi benturan antara keduanya kita bisa memahami latar belakang terjadinya benturan itu serta bisa menempatkan dimana agama harus diletakkan dan dimana filsafat harus diletakan.
Secara simpel tapi sangat mendasar kita harus menempatkan agama sebagai konsep-sudut pandang Tuhan dan filsafat sebagai konsep sudut pandang manusia dan definisi demikian sebenarnya cukup untuk melukiskan secara mendasar apa itu agama dan apa itu filsafat.mengenai karakteristik dari keduanya kita akan mengetahuinya secara lebih mudah bila kita telah melekatkan agama dengan Tuhan dan filsafat dengan manusia.kita akan mengetahui dan memahami sisi manapun dari agama bila itu selalu dikaitkan dengan Tuhan dan kita akan mengetahui sisi manapun dari filsafat bila itu selalu dikaitkan dengan manusia.mengenai kelebihan dan kekurangannya pun akan kita ketahui tinggal kita melekatkan agama dengan sifat Tuhan dan filsafat dengan sifat manusia.
Sebaliknya kita akan menemukan kerancuan apabila kita menyandarkan atau mengembalikan agama kepada manusia,misal menganggap agama sebagai ‘sesuatu yang berasal dari manusia’ atau ‘ciptaan’ seorang yang disebut ‘nabi’dan disisi lain mengkultuskan filsafat sebagai ‘muara kebenaran’,dengan prinsip cara pandang seperti itu agama hanya akan menjadi obyek penghakiman dan bulan bulanan filsafat.sehingga sekali lagi agama akan bisa dilihat karakteristiknya yang sejati termasuk superioritasnya manakala apapun yang ada dalam agama disandarkan pada Tuhan.
Dengan memahami hakikat agama dan filsafat secara mendasar kita bisa mengukur : layakkah bila filsafat menghakimi agama karena itu sama dengan berarti manusia menghakimi Tuhan,bandingkan dengan bila agama menghakimi filsafat itu artinya sama dengan Tuhan menghakimi manusia.
Setelah memahami penjelasan mendasar diatas maka kita akan meyakini bahwa bahasan apapun yang melibatkan agama dengan filsafat didalamnya akan rancu,kabur,rumit dan pelik bila tidak berangkat dari definisi pemahaman terhadap agama dan filsafat yang bersifat mendasar sebagaimana diuraikan diatas.sebagai contoh bila seseorang cenderung terlalu takjub dengan filsafat atau mengaguminya secara berlebihan sehingga ujungnya cenderung mengkultuskannya sebagai ‘simbol kebenaran’ maka dijamin kala menemukan bahasan yang bersinggungan dengan agama ia akan menemukan kerumitan yang luar biasa karena ada banyak pertentangan tajam diantara keduanya,dan ujungnya sifat mengagumi secara berlebihan terhadap filsafat akan membuat seseorang mudah bersikap apriori terhadap agama dengan memandang agama secara apriori sebagai miring dan negative dan kala menemukan enturan antara agama dengan filsafat ia akan cenderung berfihak kepada filsafat.
Banyak nya fihak yang membuat tulisan seputar agama versus filsafat menunjukan pertama ; memang ada banyak terdapat benturan dan pertentangan antara agama versus filsafat karena keduanya berada pada dua kutub yang berbeda,kedua karena agama adalah sudut pandang Tuhan dan filsafat adalah sudut pandang manusia maka otomatis akan terdapat benturan diantara keduanya,ketiga karena dunia filsafat bukan hanya dihuni oleh orang yang beriman yang dengan rasio nya berusaha untuk membela keimanannya tapi sebenarnya mayoritas diisi oleh orang tak beriman yang pandangan pandangannya otomatis sering berbenturan dengan pandangan agama.
Sebenarnya suatu yang baik dan benar memposisikan agama dan filsafat dalam posisi yang saling berbenturan ketimbang selalu berupaya mencari persesuaiannya,sebab dengan cara (mempertentangkan) demikian maka manusia akan mengetahui identitas masing masing secara jelas dan terang.bila kita memakai persentasi maka isi dari filsafat itu sekian persen bersesuaian dengan agama dan sekian persen bertentangan.sama dengan ibarat hitam dan putih itu bisa dipadukan dalam harmonisasi warna tapi untuk mengetahui identitas yang jelas dari apa itu ‘putih’ maka manusia harus mempertentangkannya dengan hitam,demikian pula siang dengan malam bila kita melihatnya dari satu sisi (harmonisasi) maka kita akan melihatnya sebagai keterpaduan tapi untuk mengenal makna pengertian ‘malam’ secara hitam-putih maka manusia harus mempertentangkannya dengan malam.
Demikian kita akan bisa melihat secara jelas identitas,perbedaan,karakteristik agama bila kita membandingkannya dengan filsafat,demikian pula sebaliknya karakteristik yang khas dari filsafat kan terlihat jelas bila kita membandingkannya dengan agama.beberapa hasil tela’ah yang bisa diperoleh dari hasil saling memperbandingkan antara agama dengan filsafat diantaranya :
1.kita bisa mengetahui bahwa apapun yang dibahas dalam agama pada ujungnya semua bermuara pada satu titik yaitu Tuhan dan hal demikian makin jelas apabila kita membandingkannya dengan filsafat sebab dalam filsafat apapun yang dibahas tidak bermuara ke satu titik tapi kebanyak kepala yaitu ke banyak pendapat dan bahkan diantara pandangan yang berbeda beda itu satu sama lain ada yang saling bersesuaian ada yang saling menguatkan tapi ada yang saling berlawanan dan saling meruntuhkan.
2.kita bisa mengetahui bahwa kebenaran agama berasas kepada hal hal yang bersifat hakiki manakala kita membandingkannya dengan filsafat yang bila kita bandingkan dengan agama disamping ada yang mengacu kepada hal hal yang bersifat hakiki juga ada yang sering berpijak kepada hal hal yang bersifat relatif dan spekulatif.sifat hakiki itu bisa kita ketahui dari sifat pernyataan atau deskripsi yang tidak berubah ubah sehingga kebenaran yang ada dalam agama menjadi kebenaran yang baku.dan salah satu karakter dari sifat hakiki adalah ia tidak berubah oleh waktu-keadaan-situasi dlsb.berbanding terbalik dengan yang terjadi dalam filsafat maka sifat pernyataannya sering berubah ubah dari waktu ke waktu,misal sebuah pandangan diruntuhkan oleh pandangan lain seiring lahirnya pandangan baru yang dianggap lebih baik dan lebih sesuai dengan zaman.dan itulah ciri dari kebenaran yang bersifat relative adalah essensinya berubah ubah dari waktu ke waktu.sedang pada agama walau para nabi dan kita suci bergantian dari zaman ke zaman dan konsepnya disesuaian dengan keadaan zaman tetapi essensinya sama sekali tidak berubah.
Baik agama maupun filsafat ada pada satu ruang dan waktu yang sama atau ada pada realitas yang sama dan menafsirkan realitas yang sama jadi benturan dan pertentangan sudah pasti akan selalu ada di berbagai sisi sebab agama dan filsafat menafsirkan realitas secara berbeda,agama mengikuti sudut pandang Tuhan dan filsafat mengikuti sudut pandang manusia.
mau tanya ni sob, mengenai makalah Pendidikan Agama Islam – Hubungan Filsafat dengan Islam, ada nggak daftar pustakanya